Tips Dari Para Suhu Untuk Jadi Pro Player

da tehnik menarik nih, dari beberapa eks pro-player Mobile Legends buat kamu yang mau naik level dari khalayak jadi pro-player.
Steven Kurniawan atau dekat dipanggil Marsha, adalah eks pro-player yang sekarang diambil jadi Coach Master Classs Beat The Best yang dihelat oleh blu.
Ia share pengalaman waktu menjalani karir ketujuan pro-player, ia ketika itu rajin mengontak beberapa pro-player lewat chat.
“Yok, next permainan kita mabar kembali, gitu-gitu saja terus hingga gua mempunyai club, puji Tuhan lah club gua direkut RRQ (Rex Regum Qeon, club esports berasal dari Indonesia) masa itu,” narasi Marsha di dalam acara virtual pada Sabtu (20/2/2022).
Ia pula memandang beberapa orang yang jago main permainan Mobile Legends. Tapi, belum pasti dapat dibawa bermain di club.
“Kalaupun jago sich, seluruhnya orang jago main Mobile Legends ya, kan sekedar chemistry itu utama sekali,” papar ia.
Tidak hanya itu, Marsha mengatakan ketidakcocokan khalayak dengan pro-player disaksikan dari siasat permainan yang dilakukan. Contoh-contohnya saja, 5 pro-player dapat bermain dengan siasatnya ketimbang 5 khalayak.
“Maka seperti perputaran-rotasinya ada sendiri, sedang khalayak ini masih ikut-ikutan kontes getho. Sedang pro-player pembuatnya (kontes), getho sudah,” tangkisnya.
Marsha, yang diputuskan jadi Coach di Beat The Best Season 1, mengharap gamers dapat mendapati mimpi mereka, baik itu jadi pro-player, coach untuk suatu club atau mungkin menjadi studi.
Jonathan “Emperor” Liani, Coach Master Beat The Best yang lain, pula mengupas sukai duka di saat jadi pro-player.
Sukanya, kata Jonathan, jadi pro-player dapat melalui tugas sama dengan kesukaan dan dapat tak henti berbicara orang anyar, bertemu club yang dapat tinggal bersama, main dan kerja bersama untuk maksud yang serupa.
“Dukanya barangkali kalaupun kita kalah, mainnya tidak baik, itu dihujat warganet. Kalaupun pro-player itu tak boleh cupu, harus jago, kalaupun tidak, dihujat,” kuak ia.
Manalagi untuk beberapa pro-player waktu saat ini, Jonathan menyebutkan sekarang kian berlebihan seperti tak boleh bicara yang aneh-aneh.
“Utamanya, pribadi pro-player itu benar-benar jadi kesayangan sekali lah. Kalaupun gak, sulit ya meningkatkan kariernya lantaran dapat dimasak-goreng pula,” ujarnya.
Walaupun begitu, Jonathan memandang harapan industri game sekarang demikian besar pasar share-nya.
“Dari esports-nya waktu kita sukses bisa exposure yang menakjubkan. Dan dari prize-nya sudah besar sekali sekarang ini. Jauh ketimbang sama dengan yang dahulu. Kalaupun dahulu kan barangkali menyaksikannya masih permulaan, kalaupun saat ini sangat menggiurkan lah,” tangkisnya.
Ia mengharap beberapa khalayak yang mau naik kelas jadi pro-player jangan putus asa saat sebelum coba dan belum ketahui hasilnya kayak apakah.
“Selalu kejar lagi apa yang penting kamu pengen sama gak boleh terasa gengsi. Tujuannya, kalaupun kita mempunyai peluang mengenal ke global atau mengenal pro-player tidak mesti gengsi, lantaran ia lantas dahulu bukan siapapun juga, harus mencari rekan selebar karena barangkali rekan itu dapat tolong kalian di saat pengen jadi pro-player kelak, entahlah pengen dibawa ke club mana atau diketahuin ke club mana,” usul ia.
Johnathan merasai sendiri di saat masih solo player, masih belum mempunyai kawan sekalipun, sampai selanjutnya ia cari kawan online. Disana ia memperoleh kenalan dan selanjutnya masuk ke club esports.